Properti dan Dana Tunai, Investasi Paling Diminati

Selfy A

Properti dan Dana Tunai

Properti dan dana tunai, investasi paling diminati. Sentimen masyarakat domestik terhadap investasi meningkat. Hasil Survei Manulife Investor Index gelombang kedua tahun ini menunjukkan, di antara negara-negara tetangga di Asia, indeks sentimen investasi di Indonesia paling tinggi. “Khusus di Indonesia, ada peningkatan sentimen ke investasi saham. Tapi investasi properti dan dana tunai tetap paling diminati,” kata Direktur Pengembangan Bisnis PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Putut Endro Andanawarih, di Kantor Manulife.

Indeks sentimen Investasi tersebut merupakan hasil survei Manulife terhadap masyarakat pemilik aset di atas 15 juta yang berpotensi lakukan investasi. Di Indonesia, survei dilakukan pada periode akhir April hingga tengah Mei 2013. Survei tersebut merupakan survei kedua yang dilakukan Manulife terkait index sentimen. Survei digelar di 3 kota, yakni Jakarta, Surabaya dan Medan dengan mewawancarai 504 orang yang terpilih sebagai sampel. Hasilnya, Indonesia menduduki urutan paling atas dengan indeks sentimen mencapai 60 poin atau naik 6 poin dibanding survei terdahulu yang mencapai 54 poin. Di urutan kedua, ada Malaysia dengan 48 poin dan Jepang dengan 21 poin.

Putut berpendapat, basis optimisme investor naik karena melihat pertumbuhan ekonomi yang baik pada kuartal I 2013. Peningkatan sentimen, kata dia, juga terjadi di Kanada dan Amerika.

Soal properti, Putut melihat strategi promosi dari developer turut mendorong naik minat masyarakat untuk berinvestasi properti. “Dengan adanya berita, harga besok naik, ada kepercayaan lebih bagi investor untuk investasi di properti,” katanya.

Baca Juga:  Tren Desain Interior Terkini untuk Meningkatkan Nilai Properti Anda

Berdasarkan survei, sebanyak 9 dari 10 responden berharap imbal hasil properti akan meningkat 32 persen dalam 12 bulan mendatang. Sementara itu, untuk investasi pada saham dan obligasi, responden berharap imbal hasil bisa mencapai masing-masing 25 persen dan 27 persen.

Meski begitu, aset terbesar yang dimiliki para investor Indonesia ternyata masih berupa dana tunai. Sekitar 20 persen dari dana tunai tersebut habis untuk kebutuhan sehari-hari sementara sisanya masuk ke tabungan jangka menengah hingga jangka panjang.

Baca Juga: Tempat Wisata di Toraja Yang Menarik Untuk Dikunjungi

Sebelumnya, Bank Indonesia mengumumkan akan mempertajam aturan uang muka minimal untuk kredit pemilikan rumah kedua, ketiga dan seterusnya. Langkah ini diambil karena BI melihat KPR tipe 70 meter2 dan KPA tumbuh terlalu cepat. Bahkan, BI menemukan adanya sejumlah debitur yang memiliki lebih dari 2 KPR/KPA. BI menduga para debitur ini membeli untuk tujuan spekulasi. Aktivitas spekulasi ini diduga jadi salah satu penyebab melesatnya harga rumah di atas tipe 70 meter2 dan apartemen ke level yang tak lazim. Ujungnya, harga rumah tipe kecil di bawah 70 meter2 ikut tergerek naik dan membuat sejumlah masyarakat tak mampu membeli rumah pertamanya. Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah melansir total kredit yang diduga mengalir untuk rumah kedua, ketiga dan seterusnya mencapai Rp 31 triliun.

Baca Juga:  Tren Terkini dalam Pembangunan Properti: Memahami Pasar Masa Depan

Direktur Executive Vice President Consumer Finance Bank Mandiri, Tardi mengaku setuju dengan niatan BI untuk meredam laju pertumbuhan KPR/KPA dan meredam aktivitas spekulasi. “Itu baik juga untuk industri properti agar kenaikan harga properti tak bubble. Harga rumah di beberapa tempat sudah irrasional,” ucapnya.

Hanya saja, ia menilai dampak aturan uang muka untuk meredam harga properti terbatas. Penyebabnya, pembelian rumah paling banyak masih secara tunai. “Yang KPR sedikit sekali, 10-20 persen. 40 persen cash bertahap. 40 persen cash keras,” katanya.

Namun, aturan ini dinilainya cukup jadi sinyal bagi developer bahwa kenaikan harga properti tak rasional. “Agar developer menyiapkan rumah untuk end user. Kebutuhan rumah sangat tinggi. Kalau disiapkan rumah yang mahal, yang butuh rumah tidak dapat lagi,” ucapnya.

Sejauh ini, Tardi memprediksi dari 300 ribuan nasabah KPR Bank Mandiri, hanya sekitar 6 ribuan yang memiliki KPR untuk lebih dari satu unit. “Kebanyakan end user (untuk ditempati sendiri),” ucapnya. Hal ini karena KPR dari Bank Mandiri kebanyakan untuk tipe rumah 70 meter2 yang biasanya jadi rumah pertama dan dibanderol dengan harga Rp 700 – 800 juta. “Porsinya kira-kira 70 persen (dari total KPR),” katanya.

Bagikan:

Tags

Avatar photo

Selfy A

Ahli dalam gaya hidup urban dan tren kuliner, Selfy memiliki ketertarikan dalam seni jalanan dan budaya pop, sering menggabungkan keduanya dalam tulisannya.